Melayu News
Selasa, 29 Januari 2013
FEDRI HIDAYAT: Contoh Judul Skripsi Bahasa Indonesia
FEDRI HIDAYAT: Contoh Judul Skripsi Bahasa Indonesia: Kumpulan 50 Judul Skripsi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia PENINGKATAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK DENGAN MENERAPAKAN PENDE...
Kamis, 24 Mei 2012
KAKEK DAN NENEK BANTING
TULANG DEMI 8 CUCU DAN 2 ANAK UNTUK KEBUTUHAN EKONOMI KELUARGA
Dengan umur terbilang tua Nenek
Pardiem (62) dan kakek Tukimin(67),warga Tanjung Unggat (TU) Tanjungpinang yang
berkerja di Kantor lurah Tanjung Unggat dengan gaji Rp500/bulan yang tidak
cukup untuk kebutuhan ekonomi keluarga.
TANJUNGPINAG(18/4),METRO:-Sebelum
Matahari terbit diupuk timur, Nenek Pardiem(62)dan Kakek Tukimin(67) segera
bagun untuk mencari sesuap nasi dan memenuhi kebutuhan keluarganya.Nenek pardiem
dan Kakek Tukimin biasanya mereka bagun
pada pukul 5:00 WIB.”Yang bekerja kakeknya dikantor lurah Nenek hanya membantu
Kakek,seperti memasang bendera,ngepel,yapu,isi air bak dan buang sampah”kata
Pardiem. Dengan gaji yang di terima Rp500 ribu itu tidak mencukupi kebutuhan
keluarga.Karena harus membiayai 8 cucu yang masih sekolah dan 2 orang anak yang
belum bekerja. Dengan kondisi rumah yang sempit dan seadanya mereka tidur bersama ,Pardiem kalau sudah
selesai membantu kakek dia langsung pulang ke rumahnya dengan berjalan kaki 200
Kilometer.Yang tak pernah merasa mengeluh demi memenuhi kebutuhan keluarga.
Kakek
Tukimin (67) selaian kerja dikantor lurah selama 3 tahun, “kakek juga bekerja
sebagai pemulung sampah dirumah-rumah warga sekitar Tanjung Unggat,Gunung Hijau,SmpN
10,dan Kampung Gurindam dengan uang yang ia terima itu Rp 10-15 ribu
seikhlas-nya dari warga”kata Tukimin,dengan jari kaki yang buntung satu tidak
merasa malu dan merasa putus asa demi kebutuhan ekonomi keluerganya.(Pajrin)
Kamis, 17 Mei 2012
Hal Tentang Stan Bazar Kab.Bintan
Teluk
Bakau (MN)-untuk pameran bazar di MTQ-MTQ biasanya di koordinator
oleh Dewan Kerajinan Daerah Kab.Bintan. Kemudian juga Peking Hous dikelola oleh
asosiasi kerajinan dan makanan khas Bintan yang diketuai oleh Pak Ziki. Kerajinan
yang ada di Stan Kab.Bintan semuanya prodak dari hasil pengrajin setempat.
Kemudian disamping itu
juga untuk mendukun acara MTQ (Musabaqah Tilawatil Quran) 2012 yang ke IV, di bazaar
ini juga mengadakan sayembara kerajinan khas Bintan supaya untuk menarik bibit
pengrajin yang berkreasi dalam membuat satu hal yang berguna dan menarik yang
mempunyai potensi-potensi yang untuk dikembangkan.
“Bang Jul sebagai ketua
koordinator seluruh bazar se-provinsi Kepulauan Riau mengatakan banyak hal yang
bisa untuk dikelola khususnya di Bintan seperti bouksit, kelapa,dan bahkan
sisik ikan pun semua bisa kita kelola untuk dijadikan kerajinan”.
“Ia menambahkan dari
bahan seperti bouksit, kelapa, kerang itu saja sudah bisa menghasilkan ratusan
produk. Ada pun hal yang menarik dari sisi stan Kab. Bintan yaitu mempunyai baju
batik tersendiri yang bermotif ikan dugong yang melambangkan aikon dari Kab.Bintan
dimana ikan tersebut banyak terdapat di Desa Malang Rapat”ungkapnya.
Kerajinan-kerajinan
Bintan ini yang menonjol yaitu dari kerajinan kerang-kerangan, untuk cemilannya
sendiri itu berupa porsila dari minuman sedangkan dari cemilan itu semuanya
sudah diunggulkanbahkan sudah diekspor ke Sanghai, Taiwan dan memang sudah ada jalur distributornya.
“Adapun kendala-kendala
dari stan Kab.Bintan itu sendiri hanya pada anggaran saja, anggaran untuk
pengelolaan pekingnya trus untuk kemasannya itu kan perlu ditambah. Artinya mereka
yang memproduksikannya ke wilayah-wilayah tidak langsung mendapatkan uang dari
konsumen melainkan barang yang sudah dikirim baru uangnya diterima”.ujar bang
Jul.
“Ia menambahkan kami
mempunyai autlet yang ada di Pinang yang terdapat di swalayan bintan 21, kami
juga bekerja sama dengan Angkasa Pura II Bandara fisabillah. Bahkan kami juga
recana mau membuka autlet di Batam, dan Bali untuk mengenal produk Kab.Bintan”
ujarnya.
Pameran Kab.Bintan ini
sudah sering melakukan pameran di mana-mana bahkan ke Dubai, Korea, Cina,dan
Vietnam. Tahun ini merka akan melakukan pameran di Jepang, Korea, Belanda. Biasanya
dari pengalaman mereka produk yang terlaris di sana yaitu produk-produk
kerajinan banyak wisatawan sana yang gemar akan kerajinan Kab.Bintan itu
sendiri.
Harapan mereka untuk
para pengrajinbaik makanan maupun minuman, pengrajin diharapkan bisa sangat
untuk berkreatif dalam pengelolaan sumber daya alam yang ada agar terpacu dalam
memajukan industry Kab.Bintan.(Ian)
Selasa, 01 Mei 2012
Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia
Tes Objektif,
Subjektif, dan Cloze
Ditinjau dari bentuknya, tes
hasil belajar BI dapat menggunakan bentuk objektif, subjektif, dan tes cloze.
Di bawah ini diuraikan lebih lanjut karakteristik ketiga bentuk tes tersebut.
1. Tes
Objektif
Tes Objektif
adalah tes yang disusun sedemikian rupa sehingga hasil pekerjaan siswa tersebut
dapat dikoreksi secara objektif (dinilai oleh siapapun akan menghasilkan skor
yang sama). Tes objektif yang dibahas di sini mencakup tiga jenis yakni (a) tes
objektif melengkapi, (b) tes objektif pilihan, dan (c ) tes objektif
menjodohkan.
(a) Tes Objektif Melengkapi
Tes ragam ini
menuntut siswa memberikan jawaban dengan melengkapi yang belum sempurna. Butir
tes ini terdiri dari pertanyaan atau pernyataan yang tidak disempurnakan. Siswa
tugasnya mengisi atau menjawab soal itu dengan mengisikan kata-kata, nomor atau
simbol dengan tepat. Untuk menyusun tes objektif melengkapi perlu diperhatikan
petunjuk beikut.
-
Sesuatu yang dihilangkan dan yang harus diisikan
hanya mengenai satu
macam saja.
macam saja.
-
Jawaban atau isi yang diharapkan bukan merupakan
kalimat
-
Penghilangan unsur yang harus dijawab hendaknya
tidak menyebabkan kaburnya
isi kalimat.
isi kalimat.
(b) Tes Objektif Bentuk Pilihan
Bentuk pilihan
yaitu tes yang dilakukan dengan cara siswa memilih dari sejumlah jawaban yang
disediakan. Bentuk pilihan dapat berupa (1) soal benar salah, (2) soal pilihan
ganda dan (3) menjodohkan. Khusus untuk bentuk pilihan ganda tersebut dibedakan
atas beberapa macam soal. Ragam soal pilihan ganda tersebut dapat berbentuk
soal-soal sebagai berikut.
(a) melengkapi lima pilihan
(b) asosiasi dengan lima pilihan
(c) pengecualian
(d) analisis hubungan antar hal
(e) analisis kasus
(f) pemakaian diagram, gambar
dan grafik
Untuk menyusun tes pilihan ganda yang baik hendaknya penyusun memperhatikan hal-hal sebagai berikut
• Pernyataan soal hendaknya sejelas-jelasnya dengan gramatika dan pungtuasi yang benar. Dengan demikian siswa tidak terjebak oleh penggunaan gramatika dan pungtuasi yang salah.
• Option yang disajikan (empat atau lima buah) hendaknya dari bidang yang sama.
• Dalam sistem (kalimat pokoknya) hendaknya mencakup dan sesuai dengan rangkaian manapun yang dipilih.
• Kalimat pokok dalam setiap
butir soal hendaknya tidak tergantung pada butir-butir soal yang lain.
• Option yang disajikan hendaknya jangan tumpang tindih, meskipun option yang baik adalah option yang perbedaannya tipis sekali sehingga menyebabkan siswa berpikir lebih lama.
• Hindarkan penggunaan susunan pernyataan persis di dalam buku pelajaran.
• Option yang disajikan hendaknya baik dalam panjangnya, sifat uraiannya maupun secara teknis.
• Option yang disajikan hendaknya jangan tumpang tindih, meskipun option yang baik adalah option yang perbedaannya tipis sekali sehingga menyebabkan siswa berpikir lebih lama.
• Hindarkan penggunaan susunan pernyataan persis di dalam buku pelajaran.
• Option yang disajikan hendaknya baik dalam panjangnya, sifat uraiannya maupun secara teknis.
(c) Tes Objektif Menjodohkan
(Matching)
Ragam soal
jenis ini terdiri dari satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban.
Masing-masing pertanyaan mempunyai jawaban dalam serentetan serijawaban yang
disediakan. Tugas siswa dalam ragam soal jenis ini adalah mencari dan
menjodohkan masing-masing dengan jawaban-jawaban yang tersedia dalam kolom
terjodoh (seri jawaban). Jenis tes ini cocok untuk mengukur kemampuan identifikasi
hubungan antara dua hal. Ragam tes ini terdiri dari dua lajur. Lajur kiri
biasanya berisi pernyataan yang belum lengkap sedang lajur kanan soal berisi
jawaban atau pelengkap.
Petunjuk penyusunan tes
menjodohkan adalah sebagai berikut.
• Seri pertanyaan dalam tes menjodohkan diusahakan tidak lebih dari sepuluh soal, sebab pertanyaan-pertanyaan yang banyak jelas lebih membingungkan siswa.
• Jumlah yang harus dipilih
hendaknya harus lebih banyak daripada jumlah soalnya (kurang lebih satu
setengah kali). Dengan demikian siswa dihadapkan pada banyak pilihan yang
semuanya diusahakan mempunyai kemungkinan benar dan cocok dengan pertanyaan
disajikan.
• Lingkup bahan yang akan diteskan dalam satu unit tes penjodohan hendaknya bahan yang sejenis.
• Tempatkan soal dan jawaban pada halaman yang sama.
• Lingkup bahan yang akan diteskan dalam satu unit tes penjodohan hendaknya bahan yang sejenis.
• Tempatkan soal dan jawaban pada halaman yang sama.
2. Tes
Subjektif
Tes subjektif
adalah suatu bentuk pertanyaan yang menuntut jawaban siswa dalam bentuk uraian
dengan bahasa siswa sendiri. Dalam tes subjektif siswa relatif bebas untuk
mendekati masalahnya, menentukan informasi faktual yang digunakannya,
mengorganisasikan jawaban dan seberapa besar tekanan yang diberikan pada setiap
aspek jawabannya. Dengan demikian tes subjektif ini dapat dipergunakan untuk
mengukur kemampuan siswa dalam menganalisis, mensistesis fakta-fakta dan
konsep-konsep yang dipahaminya. Jawaban tes subjektif ini menunjukkan kualitas
cara berpikir siswa, aktifitas kognitif tingkat tinggi, dan kedalaman pemahaman
siswa terhadap masalah yang dihadapi.
Tes subjektif
ini mementingkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Cara berpikir yang
ditekankan pada tes subjektif ini adalah bagaimana siswa sampai pada suatu
kesimpulan dan bukan semata-mata kesimpulannya sendiri. Tes jenis ini sangat
penting untuk menguji kemampuan siswa yang berkaitan dengan cara mengorganisasi
pengetahuan dengan kata-kata siswa sendiri. Dengan sifat tes subjektif ini
jelas jawaban siswa akan sangat bervariasi. Hal inilah yang sangat mempengaruhi
unsur subjektifitas pengoreksi.
Petunjuk penyusunan tes subjektif adalah sebagai berikut.
(a) Soal-soal tes hendaknya
dapat mencakup ide-ide pokok dari bahan yang dapat diteskan
sehingga soal tersebut sifatnya komprehensif.
sehingga soal tersebut sifatnya komprehensif.
(b) Hendaknya soal tidak
mengambil kalimat-kalimat yang disalin langsung dari buku atau catatan.
(c) Pertanyaan hendaknya tegas, singkat dan jelas sehingga menuntun ke arah jawaban yang diminta.
(d) Pada waktu menyusun hendaknya sudah dilengkapi dengan rambu-rambu jawabannya serta kriteria pedoman penilaiannya.
(c) Pertanyaan hendaknya tegas, singkat dan jelas sehingga menuntun ke arah jawaban yang diminta.
(d) Pada waktu menyusun hendaknya sudah dilengkapi dengan rambu-rambu jawabannya serta kriteria pedoman penilaiannya.
3) Tes Cloze
Istilah cloze
berasal dari persepsi psikologi gestal yang merupakan proses “menutup” sesuatu
yang belum lengkap. Dalam teknik cloze tempat kosong sengaja disediakan dalam
kesekian ( ke-5, ke -6, dan ke-7). Tugas siswa dalam tes ini adalah mengisikan
kembali kata-kata itu secara tepat, siswa dituntut menguasai sistem gramatikal
bahasa dan harus dapat memahami wacana.
Untuk mengukur
kemampuan berbahasa siswa, penyusunan teknik cloze harus dipilihkan wacana yang
belum dikenal siswa. Wacana yang bersifat umum dan sudah dikenal, tidak tepat
dipilih karena hanya menuntut kemampuan ingatan saja. Wacana teknis yang hanya
dikenal oleh kelompok tertentu saja juga tidak baik, karena bagi siswa lain
yang tidak berkecimpung di jurusan tersebut akan sangat sulit.
Penghilangan
kata dalam contoh teknik cloze dapat bersifat sistematis, yaitu setiap kata
yang ke-5, ke-7, ke-9 dan seterusnya. Kalimat pertama dan terakhir sengaja
disajikan secara utuh untuk membantu siswa memahami wacana. Di samping
penghilangan kata-kata yang bersifat sistematis ada variasi cara penghilangan
yang juga dapat ditempuh. Penghilangan itu tidak bersifat sistematis setiap
kata yang ke-n, melainkan setiap jenis kata tertentu, misalnya setiap kata
benda, kerja, sifat, atau semua kata tugas.
Ada dua macam
teknik penilaian yang dapat dipergunakan dalam teknik cloze, yaitu metode kata
secara eksak dan penilaian kelayakan konteks (Oller, 1979: 367-68). Penilaian
dalam metode kata yang terdapat dalam wacana semula. Jika pengisian kata itu
tidak persis, walaupun kata yang diisikan itu sinonim atau layak sesuai dengan
konteks, jawaban siswa itu tetap dinyatakan salah.
Teknik
penilaian kelayakan konteks, di pihak lain, membenarkan semua kata jawaban
siswa asal kata yang diisikan itu sesuai dengan konteks. Jadi, pengisian dengan
kata memiliki untuk nomor satu di atas dinyatakan benar. teknik penilaian
dengan metode kata eksak di atas sangat berat. Oleh karena itu, teknik
penilaian kelayakan konteks lebih disarankan hal itu juga berdasarkan
pertimbangan bahwa berkomunikasi orang sering merasa bebas untuk memilih kata
yang dianggapnya paling sesuai dan atau tepat.
DAFTAR PUSTAKA
http://dc342.4shared.com/doc/UkYfkHrm/preview.html
Selasa, 10 April 2012
Coklat Baik Untuk Jantung
Langganan:
Postingan (Atom)