Selasa, 06 Maret 2012

Kehidupan Tukang Becak Di Pasar Induk Tpi

  

Letih, keringat, panas, beban berat yang dirasakan tukang becak pengangkut barang, dengan jalan yang tidak begitu lebar, sempit. Di situ tempat pedagang, pembeli yang menggunakan motor, pejalan kaki. Di sana bercampur baur menjadi satu yang akan dilewati si tukang becak pembawa barang bawaanya yang banyak bahkan berat, rintangan yang harus Dia lewati.
Yanto, yang sedang mencari rezeki dengan becaknya.
“Belum lagi kalau sedang membawa barang bawaanya yang berat menyenggol barang dagangan orang lain, dimarahi kadang harus mengganti barang yang disenggol tersebut apabila mengalami kerusakan, itulah derita atau resiko yang harus dialami si tukang becak tersebut”.ujar Yanto si tukang becak.
Harga barang yang diangkut melalui becak bervariasi, dari yang terkecil Rp. 5000 perangkut, namun tergantung jarak tempat yang akan dikirim. Karena uang yang Ia dapatkan itulah untuk membiayai kehidapannya hari ini. Ibarat pepatah mengatakan mengais rezeki hari ini untuk makan hari ini, mengais rezeki esok hari untuk makan hari esok.
“kalau tak bekerja,tak makan anak dan istrinya. Dia hanya bisa berkerja sebagai tukang becak untuk memenuhi kebutuhan anak dan istrinya. Untuk bekerja yang lebih baik tidak bisa Dia lakukan. Dia tidak punya ijazah sedangkan Sekolah Dasar saja Dia tidak tamat”.
“Jumlah pendapatan perhari tergantung dari bawaanya yang Ia kirim. Dan tergantung juga orang yang butuh jasanya. Perhari diperkirakan Rp. 60.000 bahkan kurang bahkan juga lebih. Ia melakukan pekerjaan ini sudah cukup lama sekitar 15 tahun semenjak ia masih lajang”.
“Yanto mengatakan, pekerjaan membecak ini pekerjaan yang sangat berat butuh semangat yang kuat dan fisik yang kuat. Becak yang ia punya ini adalah hasil kerja keras ia sendiri, ia menabung untuk membelinya selama ia bekerja sebagai tukang becak selama 15 tahun semasa ia masih lajang. Dulu ia pernah bekerja memakai becak sewaan, yang penghasilannya dibagi dua”.
“inilah yang harus ia jalani hari demi hari mencari rezeki yang butuh dengan jasanya sebagai tukang becak untuk menutupi kehidupan anak dan istrinya. Yanto sakarang yang sudah ber umur 38 tahun yang beralamatkan jalan H Agus Salim, Kampung Jawa. Dan ia bersyukur mendapat rezeki dari penghasilan membecak asal halal dan berkah dari pada tukang koruptor hanya tahu makan uang rakyat”.pungkasnya.(Herizan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar